W7mQLprqVQCi3tVCpPNyPSxFeYFCp5Up0iG8r9Ay

Mengenal Pakaian Adat Batak dan Cara Merawatnya

Pakaian adat Batak adalah salah satu contoh keberagaman yang ada di Indonesia. Sementara Batak itu sendiri adalah salah satu suku yang ada di Sumatera Utara dengan sub suku lain yang tentu saja memiliki keistimewaan dalam hal pakaian adatnya.  

Yakni Batak Karo, Batak Pakpak,  Batak Mandailing, Batak Toba, dan Batak Simalungun. Untuk mengenal lebih jauh seputar pakaian adat Sumatera Utara, simak informasi mengenai beragam pakaian adat Suku Batak  berikut ini:

Pakaian Adat Batak Karo

Pakaian adat Suku Batak Karo paling banyak didominasi dengan warna merah serta hitam yang dipenuhi dengan perhiasan emas. Dari bentuk serta pembuatannya, pakaian khas Karo ini hampir serupa dengan baju adat batak lainnya.

Jenis kainnya terbuat dari kapas yang dipintal bernama Uis Gara. Uis Gara sering dipakai sebagai penutup tubuh dalam berbagai aktivitas keseharian.

Uis Gara memiliki arti sebagai kain merah. Kain yang terbuat dari tenunan benang merah yang kemudian dipadukan dengan warna putih atau hitam.

Lalu dibubuhi motif benang emas atau perak supaya tampak lebih terlihat menarik saat dipandang.

Selain dikenakan sebagai pakaian resmi dalam kegiatan adat atau acara budaya, pakaian ini dulunya digunakan pula dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat tradisional Karo.

Uis Gara mempunyai berbagai jenis serta fungsi masing-masing, bahkan ada beberapa di antaranya yang sudah langka karena tidak pernah digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari.

Pakaian Adat Batak Pakpak

Suku Pakpak mendiami daerah Pakpak Barat dan Dairi. Pakaian adat suku Batak Papak menggunakan kain oles. Sebagai pelengkapnya orang Pakpak menggunakan kalung emas yang bertahtakan pertama.

Pakaian adat  Batak Pakpak laki-laki disebut borgot sedangkan pakaian adat perempuan Pakpak disebut cimata.
Pakaian adat masyarakat Pakpak cenderung dominan berwarna hitam.

Untuk laki-laki adalah baju lengan panjang dengan kerah mirip kerah Mandarin, yang bergaris warna merah pada ujung tangan juga pada daerah kancing baju, dan pada daerah lainnya sebagai tambahan.

Untuk penutup kepala dipakaikan kain oles yang mempunyai rambu atau yang biasa masyarakat Pakpak sebut dengan rumbai – berwarna merah atau kuning yang dibentuk menyerupai peci dengan rambu ke arah samping depan.

Celana warna hitam berukuran ¾ dipakai dengan mandar (sejenis sarung) sebagai penutup celana. Biasanya masyarakat Pakpak laki-laki menempatkan golok di pinggang sebagai aksesoris tambahan untuk menunjukkan kesan manly.

Sedangkan Pakpak perempuan memakai penutup kepala yang disebut dengan saong,berbentuk “cudur” atau mengerecut ke belakang. Posisi rambu oles berada di depan.

Atasannya sama seperti laki-laki yang juga berwarna hitam lengan panjang dengan hiasan payet kuning di depan, di belakang dan di bagian ujung lengan.
Untuk bawahan mengenakan rok yang dipakaikan kain oles berwarna hitam dan ikat pinggang.

Sebagai aksesoris tambahan pada tangan perempuan disematkan ucang-ucang (tas kecil) dan pada dada disematkan juga hiasan berwrna kuning keemasan.

Pakaian Adat Batak Mandailing

Pakaian adat Batak Mandailing ini dikenakan saat pernikahan atau acara adat. Pakaian ini didominasi dengan warna merah, keemasan serta hitam. Mandailing laki-laki mengenakan penutup kepala yang disebut ampu atau mahkota yang katanya dipakai oleh raja-raja Mandailing di masa lalu.

Kemudian menggunakan baju godang yang bentuknya menyerupai jas, ikat pinggang warna keemasan dengan selipan dua buah pisau kecil yang disebut bobat, lalu gelang polos di lengan atas warna keemasan, serta kain samping dari songket Tapanuli.

Sedangkan Mandailing perempuan mengenakan penutup kepala yang disebut bulang berwarna keemaasan dengan beberapa tingkat.

Penutup dadanya berupa kalung warna hitam dengan ornamen keemasan dan dua lembar selendang dari kain songket, lalu terdapat gelang polos di lengan atas berwarna keemasan, ikat pinggang yang juga berwarna keemasan dengan selipan dua buah pisau kecil, serta baju kurung dengan bawahannya songket.

Pakaian Adat Batak Toba

Suku Batak Toba adalah salah satu suku di Sumatera Utara yang tinggal di daerah sekitar Danau Toba. Suku ini mempunyai pakaian adat dengan ciri khas yang berbeda terutama untuk kain dalam pakaian adat yang digunakan.

Pakaian adat suku Batak Toba merupakan kain tenun yang dikenal dengan nama Ulos. Kain ulos merupakan kain yang dijadikan ciri khas suku Batak. Bahkan, ulos sudah menjadi identitas pakaian adat dari Sumatera Utara tingkat nasional.

Kain ulos ditenun secara manual menggunakan alat tradisional menggunakan benang sutra. Warna benang yang digunakan biasanya hitam, putih, perak, merah dan emas.

Pakaian adat ini tidak hanya digunakan di upacara adat saja tetapi juga dalam kehidupan sehari – hari.

Di pakaian adat suku Batak toba, kain ulos yang dikenakan oleh laki-laki disebut Hande-Hande untuk bagian atasnya dan Singkot untuk bagian bawahnya.

Sedangkan untuk bagian kepala disebut Bulang-Bulang, Detat, atau Tali-Tali. Pada acara adat, biasanya orang Batak Toba menggunakan ulos dan menjadikannya selendang. Ulos yang digunakan biasanya disebut Ukia Ragihotang, Sadum, Jugjaragidup, dan Runjat.

Pakaian Adat Batak Simalungun

Suku ini berada di daerah Simalungun. Sama seperti suku-suku lain di sekitarnya, pakaian adat suku Simalungun tak terlepas dari penggunaan kain Ulos (disebut Uis di suku Karo).

Pakaian adat yang digunakan adalah ulos namun mereka menyebutnya dengan nama Hiou. Pemakaian ulos bersamaan dengan aksesoris seperti gotong untuk laki-laki dan bulang untuk perempuan.

Tidak hanya itu mereka juga menggunakan suri – suri atau kain samping sebagai pelengkap.Kekhasan pada suku Simalungun adalah pada kain khas serupa Ulos yang disebut Hiou dengan berbagai ornamennya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pakaian adat batak rata-rata mengenakan Ulos. Katanya, Ulos pada mulanya identik dengan ajimat yang dipercaya mengandung “kekuatan” yang bersifat religious, magis dan dianggap keramat, serta memiliki daya istimewa untuk memberikan perlindungan.

Menurut beberapa penelitian bahkan penggunaan ulos oleh suku Batak, memperlihatkan kemiripan dengan bangsa Karen di perbatasan Myanmar, Muangthai dan Laos, khususnya pada ikat kepala, kain dan ulosnya.

Cara Merawat Pakaian Adat

Pakaian adat Batak adalah aset berharga yang harus dirawat, maka ketahui cara merawat pakaian adat yang tepat supaya tidak mudah rusak maupun luntur. 

  • Panduan mencuci ulos pertama kali – cuci dengan tangan untuk menjaga kondisi serat kain, rendam dengan air dingin selama 20-30 menit, bilas dengan air yang bersih lalu jemur. Catatan: selama mencuci hindari kegiatan memelintir untuk memeras ulos, dan hindari pula paparan sinar matahari secara langsung. 
  • Tips mencuci ulos di mesin cuci – hilangkan noda membandel pada ulos terlebih dahulu dengan cara dikucek, cuci ulos secara terpisah dengan pakaian lain untuk menghindari kelunturan pakaian lain, pilih siklus mencuci handwash untuk menjaga serat kain, langsung angkat ulos dan jemur, hindari proses pengeringan menggunakan mesin cuci karena hanya akan melunturkan warna ulos. 

Temukan segudang tips merawat pakaian adat dari ahlinya langsung di Cleanpedia.com

Posting Komentar