W7mQLprqVQCi3tVCpPNyPSxFeYFCp5Up0iG8r9Ay

Tips Membangun Karakter Tokoh

Tips Membangun Karakter Tokoh – Kemaren di sebuah grup ini => #DOOOR <= saya dapetin pelajaran yang seperti tertera di judul. Berikut saya copasin isi

Tips Membangun Karakter Tokoh – Kemaren di sebuah grup ini => #DOOOR <= saya dapetin pelajaran yang seperti tertera di judul. Berikut saya copasin isinya.

Karakter tokoh dibangun lewat tiga elemen utama cerita: dialog, narasi, dan deskripsi. Kira-kira penerapannya seperti di bawah ini:

Dialog. Penulis bisa memakai dialog untuk menggambarkan karakter tokohnya. Misalnya ia ingin membuat tokoh yang suka mengumpat, bisa lewat dialog semacam ini:

“Anjing!” seru Rini.

“Rin, sabar, ini malam tahun baru, di mana-mana lalu lintas macet.”

“Kamu nggak usah banyak bacot! Yang nyupir siapa,” salaknya, menengok ke arahku. “Babiii!” matanya melotot mengikuti mobil silver itu.

Narasi. Untuk tokoh Rini di atas, bisa digambarkan dengan narasi seperti ini:

“… Wajah manisnya bertolakbelakang dengan kebiasaannya mengumpat. Bila sedang kesal, mulut Rini enteng saja menyebut aneka binatang berkaki empat semacam anjing dan babi. Telingaku sampai perih…”

Deskripsi. Masih tetap memakai tokoh Rini sebagai contoh:

“… Mulut Rini monyong satu inci, menyumpahi pengendara mobil yang menyalip dari kiri, nyaris membentur kaca spion mobil kami. Matanya tak berhenti melotot mengikuti mobil silver itu. Umpatannya keras dan keji, membuatku membayangkan seekor anjing kurus kurapan yang liurnya penuh virus rabies…”

Agar kesan pembaca terhadap karakter si tokoh tidak meleset jauh dari keinginan penulis, diperlukan latihan terus menerus.

Penulis juga harus ingat bahwa manusia umumnya tidak berkarakter tunggal: baik atau buruk, hitam atau putih. Kebanyakan orang – atau mungkin malah semua – berkarater campuran: rendah hati, pintar, dan pelit; cantik, sombong, miskin, dan licik; sopan, tampan, curang, dan pemalas.

Tips Membangun Karakter Tokoh



Yuk kita latihan menguatkan karakter tokoh, boleh pilih salah satu dari dialog, narasi dan deskripsi.

Kembangkan outline di bawah ini ya.

Vion adalah remaja berumur 17 tahun. Dia suka gugup kalau berinteraksi dengan cewek. Kebetulan pada jam istirahat sekolah itu, Naya-sosok yang cerewet dan tulalit ini, tidak sengaja meminta bantuannya untuk mengajarinya mengerjakan PR matematika.-

Hengki Kumayandi *** Kemudian saya ikutan . Ini mudah-mudahan udah sesuai outline yang diberikan.

“Demi Tuhan aku lagi butuh bantuan kamu, banget, pokoknya serius kakak, tolongin aku. Peliiiis …! Aku lagi galau dengan PR matematika. Sumpah, deh. Serius, deh. Ini bisa membunuh aku banget kalau gak segera diselasein ….  Jadi tolong yah, Vion, yah. Plis, plis, plis ….” Naya nerocos kayak sepur.

 Vion tak mampu berkata-kata. Dia hanya bisa melompong, membiarkan mulutnya menganga, sembari menatap raut wajah Naya yang cantiknya melebihi Christy Cherrybell.

“Aduuuuh, pusiiing. Vioon, kamu itu dengerin aku ngomong gak sih sebenarnya? Dari tadi kamu melompoooong, mulu. Aku tuh lagi butuh bantuan kamu banget, gitu loh. Demi … Tuhan!” Naya menepuk pundak Vion.

Sentuhan tangan Naya itu menggetarkan tubuh Vion. Cowok 17 tahun itu kini tengah berkeringat dingin.

“Eh …., iya, aduh, aku mesti ngapain ya? Ehek-ehek”  Vion cengengesan menyembunyikan dirinya dari kegugupan.  Ini bukan yang pertama kalinya bagi Vion. Sudah begitu adanya sejak dulu kala. Dia selalu seperti ini,  berusaha mati-matianmenyembunyikan kegugupan,  acap kali berhadapan dengan cewek cantik.

“Ya kamu harus tolongin aku dong …. Bantuin aku menyelesaikan PR matematika yang, eng …, aduh gak ngerti deh aku itu tentang apaan.Yang jelasnya sih ya, itu tuh soalnya susah … abis.” Naya mengeluarkan buku matematikanya.

“Oh …, yang itu caranya begini, Nay. Coba pangkatnya ditmabahin satu dulu, kemudian yang ini dikurangin satu.”  Keringat Vion meluncur tanpa komando saat jarak Naya semakin dekat dengannya. Bibir Vion sibuk menjelaskan, sedangkan tangan kanannya sibuk mengelap peluh-peluh yang diproduksi berlebih oleh tubuhnya itu. “Jadi begitu, Nay.”

Naya berpikir keras seraya menggaruk-garuk kepala.

Posting Komentar